Rabu, 15 Desember 2010

sistem urinaria- Intan & Rieny

SISTEM URINARIA

Pengertian
Urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat – zat yang tidak tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat – zat yang masih dipergunakan oleh tubuh
Susunan Sistem Urinaria
1. Ginjal
Terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritorium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Berbentuk seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. Ginjal terbungkus oleh kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua, lapisan luar terdapat lapisan korteks, dan lapisan sebelah dalam bagian medulal berbentuk kerucut yang disebut renal piramid, yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papila renalis. Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus Nefron yang terdiri dari Glomerulus, Tubulus proksimal, Gelung handle, Tubulus distal dan Tubulus urinarius.
Ginjal melakukan fungsi yang paling penting dengan menyaring plasma dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi tergantung pada kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan cara filtrasi darah dan menyekresinya memalui urine, sementara zat yang dibutuhkan akan kembali kedalam darah.
Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elekrolit pada asupan harus melebihi ekskresi karena sebagian dari jumlah air dan elektrolit tersebut akan diikat dalam tubuh. Jika asupan kurang dari ekskresi, maka jumlah zat dalam tubuh akan berkurang. Kapasitas ginjal untuk mengubah ekskresi natrium sebagai respon terhadap perubahan asupan natriun akan sangat besar. Hal ini menunjukan bahwa pada manusia normal, natriun dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai untuk air dan kebanyakan elektrolit lainnya seperti klorida, kalium, kalsium, hidrogen, magnesium, dan fosfat.
Fungsi Ginjal :
1. Mengatur volume air ( cairan ) dalam tubuh.
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan olah ginjal sebagai urine yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air ( kelebihan keringat ) menyebabkan urine yang diekskresikan jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion.
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntah- muntah, ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting misal : Na, K, Cl, Ca, dan Fosfot.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan ( mixed diet ) akan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6. Hal ini disebabkan oleh hasil akhir metabolisme protein. apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa, pH urine akan bervariasi antara 4,8 – 8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa-sisa hasil metabolisme ( ureum, asam urat, dan kreatinin)
Bahan-bahan yang diekkresi oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia asing ( pestisida ).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme.
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting dalam mengatur tekanan darah (sistem renin – angiotensin – aldesteron) yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis). Disamping itu, ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlikan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
6. Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim renin, angiotensin, dan aldosteron yang berfungsi meningkatkan tekanan darah.
7. Pengeluaran zat beracun.
Ginjal mengeluarakan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.

Peranan ginjal dalam pengaturan tekanan Arteri
Pengaturan arteri tidak hanya diatur oleh satu sistem pengaturan seperti sistem arteri, melainkan oleh beberapa sistem yang paling terkait satu sama lain dan membentuk fungsi yang spesifik bila seorang mengalami perdarahan hebat sehingga tekanan darah turun secara tiba-tba ada dua masalah yang dihadapi oleh sistem pengaturan tekanan. Pertama, untuk pertahanan hidup dengan mengembalikan tekanan arteri kenilai yang cukup tinggi sehingga dapat bertahan melalui episode akut. Kedua, mengembalikan volume darah ke nilai normal sehingga sistem sirkulasi kembali normal seluruhnya, termasuk tekanan arteri ke nilai normal secara keseluruhan.
Untuk menghadapi perubahan akut pada tekanan arteri dilakukan dengan sistem pengaturan saraf. Ginjal memiliki peran dalam pengaturan jangka panjang terhadap tekanan arteri. Suatu pengaturan respons yang berlangsung segera ( beberapa detik ) dan jangka panjang ( beberapa jam sampai beberapa hari ) dinyatakan sebagai mekanisme umpan balik. Mekanisme ini dapat dibagi menjadi hal-hal berikut ini.

1. Mekanisme yang bereaksi secara cepat dalam waktu beberapa detik dan beberapa menit. Pengaturan tekanan seluruhnya merupakan refleks saraf akut. Terdapat tiga mekanisme yang memperlihatkan respons beberapa detik.
a. Mekanisme umpan balik mekanoreseptor.
b. Mekanisme iskemik sistem saraf pusat.
c. Mekanisme kemoreseptor.
Mekanisme ini tidak hanya bereaksi dalam beberapa detik, tetapi juga sangat kuat. Setelah penurunan tekanan yang berlangsung akut seperti yang disebabkan oleh perdarahan akut. Setelah setiap penurunan tekanan berlangsung, mekanisme saraf berkombinasi.
a. Menyebabkan kontraksi vena sehingga menimbulkan transfer darah ke jantung
b. Menyebabkan peningkatan frekuensi dayut jantung, kontraksi jantung, dan menyediakan kapasitas pompaan yang lebih besar oleh jantung
c. Menyebabkan kontraksi arteriol untuk menghalangi aliran darah keluar dari arteriol. Semua efek ini terjadi hampir secara segera untuk meningkatkan tekanan arteri kembali ke dalam kisaran pertahanannya.
Bila tekanan secara tiba-tiba meningkat terlalu tinggi seperti pada respons obat atau pemberian transfusi darah yang berlebihan, mekaisme yang sama berjalan dalam darah yang berlawanan dan kembali mengembalikan tekanan ke arah kisaran normal.
2. Mekanisme yang memberikan respons dalam periode waktu yang melebihi masa waktu intermediet bermenit-menit dan berjam-jam
Pengaturan tekanan memperlihatkan respons bermakna hanya setelah beberapa menit setelah terjadi perubahan tekanan arteri yang berlangsung akut. Ada tiga respons yang terjadi yaitu:
a. Mekanisme vasokonstruktor renin dan angiotensin,
b. Vaskularisasi dari relaksasi stres,
c. Pergeseran cairan melalui dinding kapiler ke dalam dan keluar dari sirkulasi untuk menyesuaikan kembali volume darah sebagaimana yang dibutuhkan.
Bila tekanan dalam pembuluh darah menjadi terlalu tinggi, pembuluh darah menjadi tegang dan meregang beberapa menit sampai beberapa jam. Akibatnya tekanan dalam pembuluh darah turun kembali kebatas normal. Keadaan ini terus meregangkan pembuluh yang disebut relaksasi stres, yang dapat bertindak sebagai dapar tekanan dalam masa waktu yang sedang. Mekanisme pergeseran cairan kapiler terjadi setiap kali tekanan kapiler dalam sirkulasi sehingga volume darah bertambah dan tekanan dalam sirkulasi meningkat. Akan tetapi, bila tekanan kapiler meningkat terlalu tinggi, cairan akan keluar dari sirkulasi masuk ke dalam jaringan dan menurunkan volume darah di seluruh sirkulasi.
Tiga mekanisme ini menjadi sangat teraktivasi dalam waktu 30 menit sampai beberapa jam dan efeknya dapat berlangsung selama periode waktu yang panjang. Selama waktu ini mekanisme saraf biasanya kelelahan dan menjadi semakin kurang efektif.
3. Mekanisme yang menyediakan pengaturan
Tekanan arteri berlangsung dalam jangka panjang, berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun. Peranan ginjal dalam pengaturan arteri jangka panjang memperlihatkan mekanuisme pengaturan tekanan volume darah ginjal ( sama dengan pengaturan cairan di ginjal ). Hal ini memperlihatkan bahwa mekanuisme ini memerlukan waktu untuk menunjukan respons yang bermakna. Akhirnya timbul perubahan mekanisme umpan balik untuk mengatur tekanan arteri dengan waktu yang tidak berbatas. Hal ini berarti mekanisme tesebut pada akhirnya dapat mengembalikan tekanan arteri selurunya sehingga nilai tekanan menghasilkan keluaran yang normal dari garam dan air oleh ginjal.
Beberapa foktor yang dapat memepengaruhi nilai pengaturan tekanan dari mekanisme cairan tubuh ginjal antara lain adalah dalam waktu beberapa jam setelah terjadi perubahan tiba-tiba pada tekanan arteri, efek hormon aldosteron pada sirkulasi akan berubah. Hal ini berperan penting dalam memodifikasi ciri khas pengaturan tekanan dari mekanisme cairan tubuh-ginjal. Faktor lain yang penting dalam pengaturan tekanan arteri sehari-hari yaitu interaksi antara sistem renin – angiotensin dengan aldosteron dan mekanisme cairan ginjal.
Mekanisme ini bekerja secara bersamaan, pengaturan tekanan oleh saraf untuk mencapai suatu nilai yang bersifat menyelamatkan jiwa kemudian diteruskan dengan menetapkan ciri-ciri khas dari pengaturan tekanan intermediet dan akhirnya disesuaikan pada nilai tekanan jangka panjang oleh mekanisme cairan tubuh – ginjal. Mekanisme jangka panjang ini kemudian menimbulkan berbagai interaksi pada sistem renin, angiotensin, aldosteron, sistem saraf, dan beberapa faktor lain yang menyediakan kemampuan pengaturan khusus untuk tujuan yang khusus pula.


2. Ureter
Ureter adalah saluran fibromuskular yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih. Sebagian terletak di dalam rongga abdomen dan sebagian terletak di dalam rongga pelvis. Terdiri dari 2 saluran pipa, masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

3. Vesika Urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). Letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari :
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum)
b. Lapisan berotot(Tunika Muskularis)
c. Tunika submukosa
d. Lapisan bagian dalam (lapisan mukosa)

4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. uretra pars prostica
2. uretra pars membranosa (terdapat pada uretra externa)
3. uretra pars spongiosa
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar yang mengandung pembuluh darah dan saraf
3. Lapisan mukosa

Proses pembentukan urine

Glomerolus
Berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai Bowman untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerolus dan sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal.
Urine yang berasal dari darah dibawah oleh arteri renalis masuk ke dalam ginjal. Langkah pertama proses pembentukan urine adalah ultrafiltrasi darah / plasma dalam kapiler glomerolus berupa air dan kristaloid, selanjutnya didalam tubuli ginjal disempurnakan dengan proses reabsorpsi zat-zat yang esensial dari cairan filtrasi untuk dikembalikan ke dalam darah, selanjutnya proses sekresi dikeluarkan melalui urine.
Proses ini terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah setiap menit ± 1200 ml darah yang terdiri atas 450 ml sel darah dan 660 ml plasma, masuk ke dalam kapiler glomerolus. Untuk proses filtrasi diperluikan tekanan filtrasi untuk mendapatkan hasil akhir.
1) Takanan yang menyebabkan filtrasi: merupakan hasil kerja jantung. Tekanan hidrostatik kapiler glomerolus ± 50 mmHg, tekanan ini cenderung mendorong air dan garam-garam melalui glomerolus. Kaspiler glomerolus secara relatif bersifat permeabel terhadap protein plasma yang lebih besar dan cukup permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh disebut tekanan hidrostatik.
Gerakan masuk ke dalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi glomerolus, sedangkan material yang masuk ke dalam kapsula Bowman disebut filtrat. Tiga faktor lain yang ikut serta dalam filtrasi adalah sebagai berikut.
a. Tekanan Osmotik ( TO ) dari filtrasi kapsula Bowman: tekanan yang dikeluarkan oleh air atau pelarut lainnya pada membran semipermaebel sebagai usaha untuk menembus membran ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang tidak dapat melewati membran.
b. Tekanan hidrostatik ( TH ): tekanan yang dihasilkan dengan adanya filtrasi dalam kapsula Bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dalam molekul permeabel dari kapsukla Bowman kembali ke dalam kapiler.
c. Laju filtrasi glomerolus ( LFG ): laju dimana filtrasi dibantuk, jumlah pembentukan filtrasi permenit adalah 125 ml. Faktor klinis utama yang mempengaruhi LFG adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.
2) Tekanan yang melawan filtrasi.
Tekanan hidrostatik cairan di dalam kapsul Bowman adalah sebesar ± 5 mmHg, sedangkan tekanan osmotik koloid protein ± 30 mmHg yang cenderung menarik air dan garam ke dalam pembukuh kapiler. Transpor aktif melibatkan ikatan molekul sustansi yang selanjutnya akan menggerakan molekul dari satu membran ke sisi yang lain terhadap gradien konsentrasi substansi tersebut dan membantu molekul bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah yang seharusnya oleh difusi sederhana.
Cairan menurunkan konsentrasi dari tipe molekul yang ditransportasi. Penurunan konsentrasi memungkinkan molekul-molekul tersebut untuk berdifusi dari urine ke dalam sel tubulus, selanjutnya keluar dari sel dan memasuki cairan peritubuler. Peningkatan ini merangsang difusi molekul dalam kapiler di dalam nefron dan transpor aktif untuk membuang molekul-molekul dari filtrat ( urine ) kembali ke aliran darah.
Transpor aktif natrium bertanggung jawab terhadap reabsorpsi osmotik air dari filtrat, baik di tubulus proksimal maupun di tubulus distal. Ion natrium secara aktif ditranspor keluar sel dan ke dalam cairan peritubular yang lebih tinggi dari yang terdapat pada cairan sel atau tubulus.
3) Tekanan akhir
Menyebabkan filtrasi dikurangi tekanan yang melawan filtrasi sama dengan filtrasi aktif ( 50 – 30 + 5 mmHg = 25 mmHg ). Kira-kira 120 ml plasma difiltrasi setiap menit. Pada glomerolus membran filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma, garam-garam, glukosa, dan molekul-molekul kecil lainnya. Sel darah dan plasma terlalu besar untuk difiltrasi dengan cara ini, oleh karena itu dibentuk pengenceran oleh glomerolus 100 – 150 ml setiap hari. Susunan cairan filtrasi ini sama seperti susunan plasma darah, tetapi tidak ada proteinnya. Membran glomerolus darah bekerja sebagai suatu saringan biasa dan untuk proses ini tidak diperlikan energi.

Langkah-langkah pembentukan urine
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerolus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein sehingga filtrat glomerolus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.
I. Filtrasi
Kebanyakan kapiler glomerolus relatif impermeabel terhadap protein sehingga cairan hasil filtrasi bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular termasuk sel darah merah. konsentrasi unsur plasma lainnya termasuk garam dan molekul organik yang terikat pada protein plasma seperti glukosa dan asam amino bersifat baik dalam plasma dan filtrasi glomerolus.
a. Aliran darah ginjal: aliran darah ginjal ditentukan oleh gradien tekanan yang melintasi pembuluh darah renalis atau perbadaan antara tekanan arteri renalis dan tekanan hidrostatik vena renalis dibagi dengan tahanan pembuluh darah total.
b. Tekanan filtrasi: perubahan tekanan hidrostatik kapiler glomerolus, perubahan tekanan darah dan konsentrasi arteriola aferen dan eferen. Perubahan tekanan hidrostatik kapsula Bowman miaslnya: obstruksi ureter dan edema ginjal bagian dalam kapsul. Perubahan konsentrasi protein plasma dan tekanan koloid osmotik misalnya terjadi pada dehidrasi dan hipoproteinemia.
c. Luas permukaan filtrasi: luas permukaan filtrasi berkurang akibat dari penyakit yang merusak glomerolus dan nefrektomi partial sehingga proses filtrasi terganggu dan tidak berjalan lancar.
d. Permeabilitas membran filtrasi: meningkat akibat penyakit ginjal.
II. Proses Absorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi. Kegiatan ini banyak dipengaruhi oleh hormon-hormon dan zat-zat yang direarbsorpsi berubah sesuai dengan keperluan tubuh setiap saat.
a. Air diabsorpsi dengan jumlah yang banyak.
b. Zat esensial yang mutlak diperlukan misalnya glukosa, NaCI, dan garam-garam direbsorpsi dengan sempurna ke dalam kapiler peritubular, kecuali kadarnya melebihi ambang ginjal yaitu batas kadar tertinggi suatu zat dalam darah yang apabila dilampaui akan menyebabkan ekskresi zat tersebut masuk ke dalam urine.
c. Zat yang sebagian diabsorpsi sel-sel tubulus bila diperlukan misalnya kalium.
d. Zat-zat yang hanya diabsorpsi dalam jumlah kecil dari hasil metabolisme misalnya ureum, fosfat, dan asam urat.
e. Zat yang sama sekali tidak diabsorpsi bahkan tidak dapat disekresi oleh sel tubulus misalnya kreatinin.
Jumlah total air yang diabsorpsi ± 120 ml / menit. Sekitar 70 – 80 % diabsorpsi oleh tubulus proksimal disebut juga reabsorpsi air obligatori, sisanya 20 – 30 % diabsorpsi secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopravensi yaitu ADH ( anti diuretik hormone ) ditubulus distal, sbagian kecil sisanya diabsorpsi pada duktus koligentis yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.
III. Proses sekresi
Tubulus ginjal dapat menyekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar. Namun, pH darah dan cairan tubuh dapat dipertahankan sekitar 7,4 ( alkalis ). Sel tubuh membentuik amoniak yang bersenyawa dengan asam kemudian disekresi sebagai amonium supaya pH dartah dan cairan tubuh tetap alkalis.

Karakteristik urine
1. Komposisi: terdiri atas 95% air yang mengandung zat terlarut sebagai berikut :
a. Zat buangan nitrogen: meliputi urea dari protein, asam urat dari katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses penyaringan kreatinin fosfat dalam jaringan otot.
b. Asam hipurat ( asam kristal ): produk sampingan pencernaan sayuran dan buah-buahan.
c. Badan keton ( atom karbon ): dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah konstituen ( unsur pendukung ) normal dalam jumlah kecil.
d. Elektrolit: meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium.
e. Hormon ( catabolic hormone ): ada secara normal dalam urine.
f. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam jumlah kecil.
g. Konstituen abnormal: meliputi albumin, glukosa, sel darah merah, sejumlah besar badan keton. Zat kapur yang terbentuk dan mengeras dalam tubulus akan menjadi batu ginjal ( neprolitiasis ).

2. Sifat pisik
a. Warna: kuning pucat, kuning pekat jika kental. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
b. Bau: urine memiliki bau yang khas, berbau amoniak jika didiamkan, bervariasi sesuai dengan makanan yang dimakan. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton akan menghasilkan bau manis pada urine.
c. Asiditas ( keadaan asam ) atau Alkalinitas ( keadaan alkali ): pH urine bervariasi antara 4,8 – 7,5 dan bisanya 6,0 tergantung pada diet. Makanan protein tinggi akan meningkatkan asiditas, sedangkan diet sayuran akan meningkatkan Alkalinitas.
d. Berat jenis urine: berkisat antara 1,001 – 1,035 tergantung pada konsentrasi urine.

Peranan urea
Urea dalam fikltrasi glomerolus bergerak keluar tubulus karena konsentrasinya meningkat oleh pengurangan progresif volume filtrat. Urea bisa melintasi membran ginjal dengan cara difusi sederhana atau dipermudah. Apabila cairan urine rendah, maka lebih besar kesempatan urea untuk meninggalkan tubulus dan hanya 10- 20% urea yang difiltrasi diekskresikan ( disaring dan dikeluarkan )

Filtrasi Glomerolus
Kapiler glomerolus secara relatif bersifat impermeabel ( tidak bisa dilewati ) terhadap protein plasma yang lebih besar, tetapi permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen.
Glomerolus dapat mengalami kenaikan tekanan darah hingga 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferen yang mengarah ke glomerolus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler Yang lain. Darah didorong ke dalam kapsula Bowman.
Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik ( TH ). Gerakan masuknya ke dalam kapsula Bowman disebut sebagai filtrasi glomerolus. Tiga faktor dalam proses filtrasi dalam kapsula Bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu sebagai berikut.
i. Tekanan osmotik ( TO ): tekanan yang dikeluarkan oleh air ( sebagai pelarut ) pada membran semipermeabel. Sebagai usaha untuk menembus membran semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membran semipermeabel.
ii. Pori-pori dalam kapiler glomerolus membuat membran semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dan air, tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan plasma.
iii. Tekanan hidrostatik ( TH ) sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotik 1 – 3 mmHg yang berlawanan dengan osmotik darah.
Perbedaan tekanan osmotik plasma dengan cairan dalam kapsula Bowman mencerminkan perbadaan konsentrasi protein, perbedaan ini membuat pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Laju filtrasi Glomerolus I ( Glomerolus filtrition Rate / GFR )
Laju filtrasi glomerolus ( GFR ) adalah filtrasi yang terbentuk per menit pada semua nefron dari kedua ginjal. Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik filtrat kapsula Bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel. Molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam kapsula Bowman. Tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik filtrat dalam kapsula Bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dan molekul permeabel dari kapsula Bowman masuk ke kapiler.
Jumlah tekanan 70 mmHg akan mempermudah pemindahan filtrat dari aliran darah ke dalam kapsula Bowman, laju ini dinamakan laju filtasi glomerolus ( LFG ). pada orang sehat, jumlah pertukaran filtrasiper menit adalah 125 ml. Faktor klinis yang mempengaruhi laju filtrasi glomeolus ( LFG ) adalah tekanan hidrostatik ( TH ) dan tekanan osmotik ( TO ). Filtrat, hipoproteinemia terjadi pada kelaparan akan menurunkan TO dan meningkatkan LFG.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR adalah sebagai berikut.
i. Tekanan filtrasi efektif: perubahan tekanan yang terjadi akan mempengaruhi GFR, derajat konsentrasi atriol aferen dan eferen untuk menentukan aliran darah ginjal.
ii. Autoregulasi ginjal: mekanisme autoregulasi intrinsikginjal mencegah perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi fisiologis tekanan darah arteri. Autoregulasi terjadi pada tekanan rentang tekanan darah yang melebar ( 80 mmHg – 180 mmHg).
iii. Stimulasi simpatis: peningkatan impuls simpatis terjadi dalam keadaan stres, menyebabkan kontriksi ateriole aferen dan menurunkan aliran darah ke dalam glomerolus sehingga menybabkan penurunan GFR.
iv. Obstruksi aliran urinarea: batu ginjal atau batu ureter akan meningkat tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman akan menurun GFR.
v. Kelaparan: diet sangat rendah protein atau penyakit hati akan menurun tekanan osmotik koloid sehingga menikn gkat GFR.
vi. Berbagai penyakit ginjal: dapat meningkatkan permeabilitas kapiler glomerolus sehingga dapat meningkatkan GFR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar