Jumat, 07 Januari 2011

GASTROINTENSIAL I (Usus Halus, Usus Besar, Rectum dan Anus) MARINTAN, RIENY AND OKTAVIANI

Gastrointensial II
Usus Halus, Usus Besar, Rectum dan Anus
 ( Biomedik 11 )
Kelompok 6




Disusun Oleh :
Marintan Apriani ( 2010-21-009 )
Oktaviani Naulita ( 2010-21-010 )
Stephanie P. Rieny J. ( 2010-21-013 )

Program Studi  S1 ILMU GIZI
STIK Sint CAROLUS
JAKARTA
2010

Gastrointensial II
Usus Halus, Usus Besar, Rectum, dan Anus.

Usus Halus (intestinum minor)
Usus halus (intestinum minor) merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sektum, panjangnya ± 6 meter, dan merupakan saluran pencernaan yang paling panjang. Bentuk dan susunanny berlipat-lipat melingkar. Makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Banyaknya jonjot-jonjot pada tempat absorpsi memperluas permukaannya . pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Intestinum minor terletak dalam rongga abdomen dan dikelilingi usus besar.
Lapisan usus halus
1.    Tunika mukosa : lapisan ini banyak memiliki lipatan yang berbentuk plika sirkulasi dan vili intestinal (jonjot-jonjot) yang selalu bergerak karena pengaruh hormon filli kinnin. Vili ini banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, selain itu juga terjadi penyerapan lemak yang telah diemulsi.
2.    Tunika propia : pada bagian dalam tunika mukosa terdapat jaringan limfoid nodul limpatisi secara berkelompok. Tiap kelompok lebih kurang 20 nodulsi limpatisi. Kumpulan ini disebut plaque payeri, yang merupakan tanda khas dari ileum. Pada penyakit typhoid, plaque payeri ini sering meradang karena infasi kuman salmonella typhoosa.
3.    Tunika submokusa : pada lapisan ini terdapat anyaman pembuluh darah dan syaraf simpatis.
4.    Tunika muskularis : lapisan ini terdiri atas 2 lapisan otot sirkuler dan otot longitudinal, diantara keduanya terdapat anyaman serabut saraf fleksus mesenterikus Auerbachi.
5.    Tunika serosa (adventisia ) :lapisan ini meliputi  jejunum dan ileum.


Struktur usus halus terdiri dari bagian – bagian berikut ini :
1.    Duodenum : bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat  bagian yang membukit tempat bernuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran penkreas (duktus pankreatikus), tempat ini dinamakan papilla vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner untuk memproduksi getah intestinum.
2.    Jejunum : panjangnya 2 – 3 meter dan berkelok – kelok terletak disebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas (mesenterium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh live, dan saraf keruang antara lapisan peritoneum. Penampung jejunum lebih lebar, sedangkan dindingnya lebih tebal dan banyak mengandung pembuluh darah.
3.    Ileum : ujung batas antara elium dan jejunum tidak jelas, panjangnya ± 4 – 5 m. Ileum merupakan usus halus yang terletek sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileo sekalis yang diperkuat oleh sfingter dan ketup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi kedalam ileum.
Duodenum berfungsi mencerna secara kimiawi. Jejunum dan ileum berfungsi sebagai penyerap sari-sari makanan.
Sari-sari makanan yang teserap kemudian akan masuk ke dalam pembuluh darah. Sedangkan ampas atau sisa penyerapan akan dialirkan ke dalam usus besar.
Mukosa usus halus
Mukosa usus halus merupakan permukaan epitel yang sangat halus. Lipatan mukosa dan mikrofili memudahkan proses pencernaan dan absorpsi. Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus halus. Membran mukosa berupa lipatan sirkuler dan semisirkuler (spiral) yang seluruh permukaannya terdapat berjuta – juta vili yang ditutupi oleh selapis sel yang mengandung pembuluh darah yaitu pembuluh limfe dan saraf. Penampung melintang villi dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam – macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan penting dalam proses pencernaan.
            Pada mukosa usus halus terdapat sekresi kelenjar brunner dan kelenjar intestinal.
1.    Kelenjar brunner dalam duodenum : menghasilkan mukus dan larutan NaHCO3 dengan pH 7,5, tidak mengandung enzim, dan melindungi mukosa duodenum dari keaktifan asam lambung dan pepsin. Sekresi kelenjar ini diransang oleh nervus vagus.
2.    Kelenjar intestinal : menghasilkan sukus entrikus, enzim enteropeptidase, disakarida, peptidase, fosfatase alkalis, mokus, dan cairan isotonik dengan pH 7.
Absorpsi usus halus
Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus melalui 2 saluran (kapiler darah dan kapiler limfe) disebelah dalam permukaan vili. Sebuah vili berisikan lakteal, pembuluh darah, epitelium, dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limpoid dan seluruhnya diliputi oleh membran dasar epitelium. Oleh karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan yang sudah cair dan lemak yang sudah diabsorpsi kedalam lakteal. Selanjutnya makanan berjalan melalui limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah divili usus, lalu masuk ke vena porta dengan mengalami beberapa perubahan.
1.    Absorpsi karbohidrat : hasil akhir berupa glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Absorpsi glukosa terjadi bersamaan dengan transport aktif ion Na seperti yang terjadi dalam tubulus progsima ginjal (tanpa tranport maksimum). Mekanisme ini juga digunakan oleh frugtosa dengan fasilited defusion , sedangkan proses absorpsi glukosa memerlukan insulin. Laju absorpsi glukosa ± 120 gram per jam.
2.    Absorsi protein : hasil akhir pencernaan protein berupa asam amino. Absorpsi asam amino secara aktif lebih cepat daripada menyerpan asam amino secara pasif. Sistem tranport ada 3 asam amino netral, asam amino biasa, dan asam amino protein. ketiga tranport ini dikaitkan dengan tranport natrium. Sistem tanport lain (dipeptida dan tripeptida) kesel mukosa sebelum dicerna dilakukan oleh enzim intrasel hingga menjadi asam amino.
asam amino terkumpul dalam sel mukosa dan kembali berdifusi kedalam darah. Absorpsi ini  berlangsung cepat di duodenum dan jejunum, tetapi berlangsung lambat di ileum sumber absorpsi dapat di absorpsi secara utuh melalui mukosa usus halus dengan proses pinositosis. Sumber protein dalam gastrointestinal adalah 50% dari makanan, 25% dari liur pencernaan, 25%  dari sel mukosa, dan hanya 2 – 2,5% yang tidak dicerna dan diabsorpsi oleh usus halus.
3.    Absorpsi lemak : hasil akhir pencernaan lemak adalah asam lemak, gliserol, dan monogliserida. Garam empedu membantu pencernaan dan absorpsi lemak bersama lesitin dan monogliserida mengemulsi lemak dengan partikel berdiameter 200 500 mm. Fasilitas pencernaan oleh lipase membentuk misel (garam empedu). Asam lemak dan kolesterol dari misel masuk dan berdifusi secara pasif ke dalam sel mukosa. Dari sel mukosa asam lemak  dan atom C kurang dari 10 – 12 langsung masuk ke dalam lalu diekstrak kembali menjadi trigliserida.
di dalam sel mukosa sebagian kolesterol diserap. Ester gliserida dan ester kolesterol dibungkus oleh lapisan lipoprotein kolesterol dan fosfolipid membentuk kilomikron tetesan lemak yang berukuran 0,5 mikron, kemudian kilomikron meninggalkan sel dan memasuki sistem limfatik . sekitar 60 – 90% lemak yang diserap dari usus halus di angkut ke dalam darah melalui duktus torasikus dalam bentuk kilomikron. Absorpsi kolesterol terjadi di usus halus bagian distal dan berlangsung apabila ada kelenjar empedu, asam lemak, dan pankreas.
4.    Absorpsi air dan elektroit : air dalam usus halus berasal dari zat makanan /minuman jumlahnya ± 2000 ml sehari dan air liur pencernaan 7000 ml sehari. 90% dari cairan ini diserap sehingga yang hilang bersama feses hanya 200 ml. Gerakan air dilambung sangat terbatas, sedangkan dalam usus halus dan usus besar dapat bergerak kedua arah mulai mukosa grasien osmotik.
5.    Absorpsi natrium dan kalium : bergantung pada gradien konsentrasi sejumlah kecil Na+ yang diangkut ke luar lumen usus halus dan usus besar oleh pompa yang terletak di dinding basilateral sel. Pada ileum dan jejunum, tranport Na+  dari usus halus ke darah ditingkatkan oleh aldosteron dan glukosa di ileum usus untuk meningkatkan absorpsi Na.
Keadaam ini merupakan dasar pengobatan kehilangan air dan Na+ pada diare dengan memberikan larutan yan g mengandung NaCl dan glukosa oral. Transport Na+  melalui epitel menimbulkan potensial listrik dan secara simultan akan menarik ion klorida melalui membran.
6.    Sejumlah kecil K+ disekresi lumen usus yang merupakan komponen mukus. Gerakan K+ melalui membran gastrointestinal dengan cara difusi pasif bergabung pada potensial darah antara darah dan lumen usus. Kehilangan K+ melalui membran pada diare kronis dapat mengakibatkan hipokalema.
7.    Absorpsi klorida dan bikarbonat: pada ileum dan usus besar  ion Cl (klorida) diabsorpsi aktif untuk menggantikan HCO3 dengan demikian isi intestinal menjadi lebih alkali.
8.    Absorpsi vitamin dan mineral: vitamin yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi dibandingkan yang larut dalam lemak.
Kalsium : akam diserap dengan cara transpor aktif 30 – 80% terutama diserap di usus halus bagian atas dengan cara transpor aktif tergantung pada kebutuhan tubuh.
Zat besi : pada orang dewasa, zat besi yang hilang dari tubuh relatif kecil. Zat besi diserap dalam bentuk ferro (Fe). Sebagian besar zat besi dalam sel makanan adalah dalam bentuk Fe3+. Sekret lambung  dapat mereduksi Fe3+ gastroktomi yang dapat menimbulkan anemia defisiensi besi. Penyerapan zat besi (Fe) secara aktif terjadi pada usus halus bagian atas.
Kontraksi usus halus
Dikoordinasakan oleh suatu gelombang depolarisasi usus halus yang bergerak dari otot polos sirkuler duodenum  ke arah kaudal. Frekuensi tertinggi 11 – 13 per menit. Jenis kontraksi usus halus dijelaskan dibawah ini.
1.    Segmentasi : jenis gerakan yang paling sering dan frekuensinya sesuai dengan slow wave (gerakan lambat). Kontraksi otot yang berdekatan pada jarak tertentu berkontraksi secara bergantian  mencampur kimus dengan liur pencernaan pada permukaan absorpsi mukosa.
2.    Peristaltik : kontraksi otot sirkuler secara berurutan untuk jarak pendek dengan kecepatan 2 – 3 cm/detik untuk mendorong kimus  kearah usus besar. Ragangan dinding usus halus dan gelombang peristaltik menimbulkan respons terhadap regangan tersebut.
3.    Kontraksi mulkularis mukosa : kontraksinya tidak teratur 3 kali per menit. Kontraksi ini merubah pola lekukan  dan lipatan mukosa,mencampur isi lumen,dan mendekatakan kimus dengan permukaan mukosa yang dirangsang oleh saraf simpatis.
4.    Kontraksi vilus : kontraksinya tidak teratur  terutama bagianproksimal usus.kontraksi ini membantu mengosongkan pembuluh lakteal sentral dan meningkatkan aliran limfe.
5.    Sfingter ileosekalis : sfingter ileosekalis melemas bila peristaltik ileum sampai di sfingter dan sejumlah kecil kimus masuk ke dalam sektum. Ragangan ileum menjadi relaksasi membentuk pengosongan ileum. Ragangan sektum untuk mengosongkan lebih lanjut terutama dikoordinasikan oleh neuron pleksus intrinsik.
6.    Refleks gatroileal : peningkatan fungsi sekresi dan motorik lambung meninggalkan motilitas ileum terminals, kimus masuk kedalam sekum melalui refleks panjang.

Usus besar (intestinum mayor)
Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang 1,5 – 1,7 m dan penampang 5 -6 cm. Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileosekalis sampai ke anus.
Proses didalam usus besar
Sisa hasil penyerapan usus halus akan masuk ke dalam usus besar. Di usus besar ini, sisa pencernaan akan diserap kembali kadar air dan garam-garam yang masih terkandungnya sehingga sisa-sisa pencernaan ini akan padat.
Di dalam usus besar, sisa-sisa hasil pencernaan akan mengalami pembusukan karena di dalam usus besar terdapat banyak bakteri pembusuk, yaitu E. colli. Usus besar adalah suatu organ yang sangat khusus yang bertanggung jawab untuk memproses limbah sehingga pengeluaran limbah menjadi mudah.
Feses, atau limbah yang tertinggal dari proses pencernaan, lewat melalui usus besar dengan bantuan dari peristalsis, pertama dalam suatu kondisi cair dan akhirnya dalam bentuk padat. Ketika feses lewat melalui usus besar, segala air yang tersisa diserap. Feses disimpan di usus besar sigmoid sampai usus besar mengosongkan isinya kedalam rektum, biasanya sekali atau dua kali sehari.
Feses sendiri kebanyakan adalah sisa-sisa/puing-puing makanan dan bakteri-bakteri. Bakteri-bakteri ini melakukan beberapa fungsi-fungsi yang bermanfaat, seperti mensintesis beragam vitamin-vitamin, memproses produk-produk limbah dan partikel-partikel makanan, dan melindungi terhadap bakteri-bakteri yang membahayakan.
Lapisan usus besar
1.    Lapisan selaput lendir (mukosa) : lapsan ini tidak memiliki vili, kripta-kripta yang terdapat didalam  ±0,5 mm terletak berdekatan satusama lain. Hampir seluruh permukaan epitel kripta menghasilakan mukus pelumas. Epitel yang tinggal lainnya mempunyai tepi bersilia dari mikrovili yang mengabsorpsi air.
2.    Lapisan otot melingkar (M.sirkuler) : lapisan ini berada disebelah dalam dan berbentuk lingkaran.
3.    Lapisan otot memanjang (M.longitudinal) : lapisan otot ini berkumpul menjadi 3 pita panjang dengan lebar 1 cm disebut teniacoli. Lapisan inin terdiri dari tenia libra (dianterior), tenia omentalis (diposterior dan lateral), dan tenia mesacolia (diposterior dan media).
4.    Lapisan jaringan ikat (serosa) : lapisan ini merupakan jaringan ikat kuat yang berada disebelah luar.
Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus :
Senyawa Kimia
Fungsi
Hormon CCK (Kolesistokinin)
Merangsang hati intuk mengeluarkan cairan empedu ke dalam usus halus
Disakaridase
Menguraikan disakarida menjadi monosakarida
Erepsinogen
Membentuk erepsin dan mengubah pepton menjadi asam amino
Hormon Sekretin
Merangsang kelenjar pankreas untuk mengeuarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus

Stuktur usus besar
1.    Sektum : kontong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada bagian bawah sektum terdapat apendiks vermiformis disebut umbai cacing, panjangnya ±6 cm. Muara apendiksditentukan oleh titik Mc burney yaitu daerah antara 1/3 bagian kanan dan 1/3 bagian tengah garis penghubung kedua spina iliaka anterior superior (SIAS). Sektum seluruhnya ditutupi oleh peritoneum agar mudah bergerak dan dapat diraba melalui dinding abdomen membentuk sebuah katup dinamakan valvula koli (valvula bauchini). Titik Mc burney : merupakan tempat proyeksi muara ileum ke dalam sektum. Tidak potong tapi lateral dengan garis penghubung SIAS kanan dengan pusat. Pada waktu peradangan apendisitis, daerah ini sangat sakit saat ditekan. Kadang-kadang apendiks perlu dibuang dengan operasi apendiktomi untuk menghilangkan infeksi.
2.    Kolon asendens : bagian yang memanjang dari sektum ke fossa iliaka kanan sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan dan dibawah hati ke sebelah kiri. Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura koli dekstra) dilanjutkan dengan kolon trnsversum.
3.    Kolon transversum : panjangnya 38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desenden. Berada dibawah abdomen sebelah kanan tepet pada lekukan disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinstra),mempunyai mesenterium yang melekat pada omentum mayus.
4.    Kolon desenden : panjangnya  ±25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri dari atas ke bawah. Dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileun kiri, bersambung dengan sigmoid dan dinding belakang peritoneum (retroperitoneal).
5.    Kolon sigmoid : bagian ini merupakan lanjutan kolon desenden, terletek miring dalam rongga pelvis. Bagian ini panjangnya 40 cm dalam rongga pelvis sebelah kiri,berbentuk huruf S. Ujung bawahnya berhubungan dengan rektum. Kolon sigmoid ini ditunjang oleh mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.
Gerakan kolon
1.    Gerakan mencampur : otot sirkuler kolon menganut sekitar 2,5 cm pada tiap kontraksi. Kadang-kadang dapat menyempitkan lumen dengan sempurna. Gabungn otot sirkuler dan longitudinal bagian usus besar tidak terangsang menggelembung ke luar dan merupakan kantong  yang disebut haustration. Dalam waktu 30 detik, kontraksi haustral akan bergerak dengan lambat ke arah anus. Beberapa menit kemudian timbul haustral kedua yang baru didekat tempat semula tetapi tidak pada tempat yang sama. Dengan cara ini feses perlahan-lahan didekatkan ke permukaan dan secara progresif akan terjadi penyerapan air.
2.    Gerakan mendorong: pada kolon terjadi gerakan yang disebut mass movement yaitu mendorong feses ke arah anus. Gerakan ini timbul beberapa kali sehari, biasanya setelah makan pagi. Pada mulanya, gerakan terjadi dibagian kolon yang terserang kemudian kolon distal tempat kontraksi panjangnya kira-kira 20 cm, berkontraksi serentak sebagai satu kesatuan mendorong feses ke bagian distel.
Fungsi Kolon adalah :
1.    Meyerap air selama proses pencernaan
2.    Tempat dihasilkannya vitamin K, Biotin sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus misalnya e.coli
3.    Membentuk massa feses
4.    Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh

Mass movement : dapat terjadi pada setiap bagian kolon transversum dan desenden. Apabila sejumlah feses telah terdorong ke dalam rektum timbul keinginan untuk defekasi. mass movement  yang  sangat kuat akan mendorong feses melalui rektum dan anus untuk keluar. Hal ini terjadi karena kontraksi tonik yang terus-menerus pada sfingter ani internus dan ekternus.
Rektum
Rektum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan intstinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan sektum sampai kanalis anus, rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os sektum dan os koksigis.
Rektum terdiri atas dua bagian :
1.    Rektum propia : bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika terisi sisa makanan akan timbul hasrat devekasi
2.    Rektum onalis rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat – serat otot polos (muskulus sfingter ani internus dan muskulus sfingter ani eksternus). Kedua otot ini berfungsi pada waktu devekasi tunika mukosa rektum banyak mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa, dan jaringan otot yang membentuk lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat vena rektalis (hemoroidalis superior dan inverior) yang sering mengalami perebaran atau varises yang disebut wasir (ambien).
Fungsi rektum :
·         Menerima feces dari usus besar
·         Membiarkan seseorang mengetahui ada feces yang harus dikeluarkan
·         Menahan feces sampai pengeluaran terjadi
Proses di rektum :
Ketika gas atau feces datang kedalam rektum, sensor-sensor mengirim suatu pesan ke otak. Otak kemudian akan memutuskan apakah isi rektum dapat dilepaskan atau tidak. Jika dapat, sphincters akan mengendur dan kemudian rektum berkontraksi, mengeluarkan isi-isinya. Jika isi-isinya tidak dapat dikeluarkan, sphincters akan berkontraksi dan rektum menampung untuk sementara.
Anus
Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia luar terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh sfingter ani yang terdiri atas :
1.    Sfingter ani internus: terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut kehendak,
2.    Sfingter levator ani :bagian tengah berkerja tidak menurut kehendak,
3.    Sfingter ani eksternus : sebelah luar berkerja menurut kehendak.
Proses di anus :
Anus adalah bagian paling akhir dari saluran pencernaan. Ia terdiri dari otot-otot yang melapisi pelvis (pelvic floor muscle) dan otot-otot lain yang disebut anal sfingter, baik internal maupun eksternal.
Pelvic floor muscle menciptakan suatu sudut antara rektum dan dubur yang menghentikan feses untuk keluar ketika ia tidak diharapkan keluar. Anal sfingter menyediakan kontrol feses yang baik. Internal sfingter selalu ketat, kecuali ketika feses masuk kedalam rektum. Ia mempertahankan kita agar tidak melepaskan feses ketika kita tidur atau jika kita tidak sadar akan kehadiran feses. Ketika kita mendapat suatu keinginan untuk membuang air besar, maka external sfingter akan bekerja untuk menahan feses sampai kita dapat pergi ke toilet.

Devekasi
Devekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan feses masuk ke dalam rektum, dinding rektum akan meregang dan menimbulkan inplus aferens misalkan melalui pleksus mesenterikus sehingga menimbulkan gelombang peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid yang akan mendorong feses ke arah anus. Apabila gelombang peristaltik sampai ke anus, sfingter ani internus akan menghambat feses sementara dan sfingter ani eksternus melemah sehingga terjadi devekasi . refleks ini sangat lemah sehingga harus diperkuat refleks lain malelui sekmen sakral  medula spinalis dan dikembalikan kekolon desenden, kolon sigmoid, rektum, dan anus melalui saraf parasimpatis.
            Impuls parasimpatik memperkuat gelombang peristaltik dari gelombang lemah menjadikan proses devekasi. Orang normal dapat mencegah devekasi sampai waktu dan tempat yang sesuai dengan refleks devekasi. Devekasi hilang beberapa menit dan timbul kembali sampai beberapa jam. Pada bayi baru lahir,refleks devikasi berjalan secara otomatis dan mengosongkan usus besar bagian bawah.
PERITORIUM
Peritoneum adalah membran tipis, halus, lembab terdapat dalam rongga abdomen dan menutupi organ – organ abdomen. Peritoneum merupakan membran serosa yang terdiri atas lapisan yang terletak pada jaringan ikat. Peritoneal parietal berlanjut kebawahmembatasi pelvis dan peritoneum viseal yang meliputi organ – organ dalam peritoneum.
            Ruang potensial yang terdapat antara lapisan parietal dinamakan rongga peritoneal pada pria ruangan ini tertutup. Akan tetapi  pada wanita rongga ini memiliki hubungan dengan dunia luar (tubauterine, uterus, dan vagina).rongga ini mempunyai osteum kecil diujung yang bebas masuk kedalam kavitas peritoneal dan merupakan jalan masuk dari ovum peritoneal mempunyai dua kantung yaitu kantong besar yang terbentang di seluruh abdomen mulai dari diafragma sampai ke pelvis dan kantong kecil yang terletak dibelakang lambung.
Daerah khusus peritoneal :
1.    Mesenterium : merupakan lipatan peritoneum berlapis ganda yang melekat pada bagian usus ke dinding posteor abdomen, terdiri atas mesenterium usus halus, mesokolon, transversum, dan mesokolon sigmoid.
2.    Omentum :merupakan lapisan peritoneum berlapis ganda yang melekat pada lambung, omentum mayus, dan kurvatura mayor yang tergantung seperti tirai pada ruang lekukan usus dan dinding abdomen anterior. Omentum mayus melipat kembali dan melekat pada peti bawah kolon transversum, sedabgkan omentum minus menghubungkan kurvatura maayor, lambung, dan permukaan hati.
3.    Ligamentum pertitoneal : merupakan lipatan peritoneum berlapis ganda yang melekat pada dinding abdomen dan berhubungan dengan tulang dan hati sedangkan ligamentum valsivormis di dinding anterior abdomen dan permukaan bawah hati.
4.    Sakus minor : merupakan bagian rongga peritoneal yang terletak di sebelah belakang lambung.
5.    Kavitas peritoneum : merupakan rongga peritoneal yaitu suatu rongga yang terdesak oleh organ abdomen sehingga peritoneum parietalis dan viseralis dapat diraba.
Beberapa fungsi peritoneum adalah sebagai berikut :
1.    Tempat melekatnya organ – organ ke dinding abdomen posterior yang satu dengan yang lainya.
2.    Membentuk pembatas yang halus sehingga mempermudah untuk saling bergerak dan tidak saling bergesekan.
3.    Mempermudah pembuluh darah dan saraf untuk mencapai organ – organ tanpa harus dililit oleh lemak dan mengalami penekanan.
4.    Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah menutupi area yang terinfeksi dengan bantuan omentum mayor.
5.    Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ yang terdapat pada dinding posterior abdomen.







Daftar Pustaka
1.       Syaifuddin, 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarat: Salamba Medika
2.       www.google.co.id diakses 20 November 2010 pukul 17.00 WIB
3.      Catherine Parker Anthony and Gary A. Thibodeau, Textbook of Anatomy & Physiology . St Louis: Mosby, 1983.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar