Jumat, 07 Januari 2011

SISTEM RESPIRATORI MARINTAN, RIENY AND OKTAVIANI

Sistem Respiratori
 ( Biomedik 9 )
Kelompok 6




Disusun Oleh :
Marintan Apriani ( 2010-21-009 )
Oktaviani Naulita ( 2010-21-010 )
Stephanie P. Rieny J. ( 2010-21-013 )

Program Studi  S1 ILMU GIZI
STIK Sint CAROLUS
JAKARTA
2010
SISTEM RESPIRATORI

Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru atau “pernapasan luar”. Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang  bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari  jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan sendiri proses matabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil buangan dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O) dihilangkan
Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil  oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentransfor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.
Organ-organ respiratorik berfungsi dalam:
1.      Produksi bicara, membantu proses dalam berbicara
2.      Keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia
3.      Pertahanan tubuh melawan benda asing, organisme asing yang masuk melalui proses pernapasan ke dalam tubuh
4.      Mengatur hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam darah
Respirasi melibatkan proses-proses berikut ini:
1)      Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernapasan dan paru-paru
2)      Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara dalam paru dan kapiler pulmonar
3)      Respirasi internal: difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel-sel  jaringan
4)      Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi dan pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh
5)      Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air.
Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energi
Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas :
-          Hidung
-          Faring
-          Laring
-          Trakea
-          Bronkus
-          Paru-paru






Struktur Sistem Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung.
b. Faring
Udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e. Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.
Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f. Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada, tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian, paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan untuk oksidasi.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan dinding alveolus. Dari alveolus, karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.
http://htmlimg4.scribdassets.com/5umpdru83ubd1c/images/7-be992f952b/000.jpg







Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.
Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan karnbondioksida keluar.

Volume dan Kapasitas Paru-paru
            Metode yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru-paru dengan merekam volume pergerakan masuk dan keluar paru-paru dinamakan spirometri.
Spirogram memperlihatkan perubahan dalam volume paru-paru pada berbagai keadaan pernapasan.

Volume paru-paru
Ada empat volume paru-paru bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru-paru yamg mengembang
1.      Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya  500 ml
2.      Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atsa volume tidak normal, jumlahnya 3000 ml
3.      Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidak jumlah normalnya 1100 ml
4.      Volume sisa merupalam volume udara yang maih tersisa di dalma paru-paru setelah ekspirasi kuat, volume ini 1200 ml
Aktivitas pernapasan merupakan dasr yang meliputi gerak rusuk. Sewaktu bernapas dalam , volume udara bertambah sehingga inspirasi gerakan datang menjadi luas dan berakhir. Hal tersebut terjadi akibat kombinasi dari pernapasan dangkal. Pada waktu istirahat, pernapasan dangkal terjadi akibat tekanan perut. Tekanan perut yang berkumpul akan membatasi gerakan diafragma
Alveoli dibatasi ole dua jenis epitel yaitu sel tipe I dan sel tipe II
1)      Sel tipe I adalah sel gepeng dengan sitoplasma yang luas tersebar dan merupakan sel utama
2)      Sel tipe II memiliki pneumosit granula lebih tebal dan mengandung sejumlah lamel-lamel badan inklusi (sementara). Bronkus dan bronkiolus mengandung otot polos dan dipersarafi oleh saraf otonom.

Kapasitas paru-paru
Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan menyatukan dua volume atau lebih, kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru-paru.

Jenis kapasitas paru-paru:
1.      Kapasitas inspirasi
Sama dengan volume tidal ditambah dengan volume cadangan inspirasi, jumlahnya 3500 ml. Kapasitas inspirasi merupakan jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat inspirasi normal dan mengembangkan paru-paru sampai jumlahnya maksimum
2.      Kapasitas sisa fungsional
Sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa, jumlah udara yang tersisa di dalm paru-paru pada akhir ekspirasi normal 2300 ml
3.      Kapasitas vital
Sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Kapasitas vital merupakan jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya 4600 ml
4.      Kapasitas total paru-paru
Volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira 5800 ml.

Tingkat Ekspirasi Istirahat
Ventilasi paru-paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot inpirasi.pada waktu otot inspirasi berelaksasi,sifatnya elastis,paru-paru dan toraks mengempis secara pasif.apabila semua otot berelaksasi kembali kesuatu dalam keadaan  istirahat,volume udara dalam paru-paru pada tingkat yang sam dengan kapasitas sisa fungsional ±2300 ml.

Volume Sisa
Udara yang tidak bisa dikelurakan dari paru-paru walaupun dengan ekspirasi yang maksimal. Fungsinya adalah menyediakan udara dalam alveolus untuk mengabrasikan darah diantara dua sirklus pernafasan .seandainya tidak ada udara sisa, konsentrasi O2 dan CO2 didalam darah akan naik dan turun secara jelas pada setiap pernapasan sehingga akan merugikan proses pernapasan
Glotis
Otot yang mengabdupsikan laring berkontraksi pada permulaan inspirasi, menarik pita suara saling menjauh,dan membuka glotis pada glotis terdapat refleks kontraksi otot-otot abduktor  yang akan menutup glotis dan paru-paru.

Volume Respirasi Permenit
Jumlah total udara yang baru masuk kedalam saluran  pernapasan setiap menit sama dengan volume tidal kecepatan respirasi.volume tidal normal ± 500 ml dan kecepatan respirasi normal 12 kali/menit, jadi rata-rata vulume respirasi permenit sekitar 6 liter/menit.
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapi 40 sampai 50 kali/menit dan volume tidal dapat menjadi sama besar  dengan kapasitas vital ±4600 ml pada pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu volume tidal yang lebih besar dan setengah kapasitas vital. Dengan mengkombinasikan kedua faktor ini, laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas pernapasan maksimun 100-120 liter/menit.

Ventilasi Alveolus
Dari seluruh ventilasi paru-paru, faktor  yang penting adalah kecepatan pembauran udara dalam area pertukaran paru-paru pada alveolus setiap menit oleh udara atmosfer (ventilasi alveoulus).sistem ventilasi paru-paru terus menerus memperbarui  udara dalam area pertukaran gas paru-paru dimana  udara dan darah paru-paru saling berdekatan.
Yang termasuk area ini adalah alveouli, kantong alveolus, duktus alveolaris dan bronkiolus. Kecepatan udara yang masuk kearea ini disebut ventilasi alveolus.

Ruang Rugi
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas dimana tempat ini tidak terjadi pertukaran setiap kali bernapas, udara ini dinamakan udara ruang rugi. Pada inspirasi, banyak udara baru mula-mula yang harus mengisi berbagai area ruang rugi jalan napas. Misalnya, : hidung, faring, trakea dan bronkus sebelum mencapai alveoli. Udara ruang rugi ini tidak berguna bagi proses pertukaran gas karena dilokasi ini tidak terjadi pertukaran gas.

Ruang Anatomik Terhadap Fisiologik
Beberapa alveoli  dengan sendirinya tidak berfungsi atau hanya sebagian berfungsi karena tidak ada buruknya aliran darah melalui paru-paru yang berdekatan sehingga harus dipertimbangkan sebagai ruang rugi. Pada orang normal, ruang rugi anatomi dan fsiologi hampir sama karena semua alveoli berfungsi pada paru-paru normal, teteapi pada orang yang alveolinya tidak berfungsi atau berfungsi  sebagian di bagian paru-paru kadang-kadang ruang rugi fsiologik 10 kali ruang rugi anatomik(1-2 liter).
Difusi Gas Melalui Membran Pernapasan
Hal penting dalam gas-gas pernapasan /respirasi adalah daya larut yang sangat tinggi dalam lemak sehingga dapat larut dalam membran sel. Gas ini berdifusi melalui menbran sel dengan rintangan yang banyak. Pembatas utama untuk gerakan gas didalam jaringan adalah kecepatan difusi melalui cairan jaringan bukan melalui membran sel.
            Oleh karena itu, difusi gas melaui jaringan termasuk melalui membran paru-paru hampir sama dengan difusi gas melalui uap air terutama yang harus diperhatikan bahwa CO2 berdifusi  20 kali secepat O2.
                        Unit pernapasan terdiri atas bronkus respiratorius, duktus alveolus, atria, dan 30 juta             alveolus dikedua paru. Masing-masing alveolus mempunyai diameter  0.2 milimeter. Dinding alveolus sangat tipis dan didalamnya terdapat jaringan kapiler yang saling berhubungan sehingga aliran darah dalam dinding alveolus sangat dekat dengan darah  kapiler. Akibatnya, pertukaran gas udara alveolus dan darah terjadi melalui membran diseluruh bagian terminal paru, tidak hanya dalam alveoli itu sendiri. Membran ini secara bersama-sama dikenal sebagai membran pernapasan atau membran paru.
            Membran pernapasan melukiskan potongan melintang ultra stuktur membran pernapasan sebelah kananya adalah sel darah merah diperlihatkan difusi O2 dari evolus kedalam sel darah merah dan difusi CO2 pada bagian sebelah kiri. Lapisan membranpernapasan dibagi memjadi sebagai berikut :
1)      Epital alveolus : terdiri dari sel epitel yang tipis.
2)      Ruangan interstisial tipis : diantara evolus dan membran kapiler.
3)      Membran basalis kapiler : pada beberapa tempat bersatu dengan membran basalis epitel membran endotel kapiler.
Faktor-faktor  yang mempengaruhi kecepatan difusi gas adalah sebagai berikut :
1)      Ketebalan membran pernapasan : akibat cairan edema dalam ruang intertisial membran didalam evoli membuat gas pernapasa tidak hanya berdifusi melalui membran, tetapi  juga melalui cairan ini.beberapa penyakit paru yang memnnyebabkan pibrosis (pembentukan jaringan pibrosa) paru dapat menambah ketebalan pada beberapa bagian membran pernapasan. Kecepatan difusi melalui membran berbanding terbalik dengan  ketebalan membran. Oleh karena itu, membran yang tebal akan menghalangi pertukaran gas.
2)      Luas permukaan membran pernapasan : pengangkatan paru akan mengurangi luas permukaan pernapasan. Emfisema beberapa alveoli bersatu dengan penghancuran sebagian dinding alveolus, ruangan yang terbentuk jauh lebih besar dari alveoli dan jumlah total membran pernapasan berkurang sampai 5 kali lipat akibat hilangnya dinding alveolus sehingga pertukaran gas melalui membran tersebut sangat terganggu. Selama olahraga berat, penurunan luas permukaan paru yang paling sedikitpun dapat mengganggu pertukaran gas pernapasan.
3)      Koefisien difusi gas dalam substansi membran : memindahkan masing-masing gas melalui membran 20 kali lipat O2.
4)      Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran : tekanan parsial gas dalam evoli lebih besar daripada tekanan gas dalam darah maka terjadi difusi neto dari evoli kedalam darah begitu pula sebaliknya

Transfor Gas Antara Paru-paru dan Jaringan
Selisih tekanan versial  antara O2 dan CO2 merupakan kunci dari pergerakan gas O2 yang mengalir masuk dari evoli kedalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke evoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi, jumlah kedua gas yang ditranfor kejaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila seandainya O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein pembawa O2 homoglobin. Dekimian CO2 yang larut masuk kedalam serangkaian reaksi kimia reversible (kembali seperti semula) yang mengubah menjadi senyawa lain.adanya homoglobin menaikan kapasitas  pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikan kadar CO2 dalam darah menjadi  17 kali.
Alveolus paru didekat suatu kapiler paru memperlihatkan defusi molekul O2 diantara udara alveolus dan daerah paru. Meskipun demikian, PO2 darah vena yang sedang memasuki kapiler hanya 40 mmHg. Sejumblah O2 telah dikeluarkan dari darah ketika mengalir melalui kapiler jaringan. PO2 didalam alveolus adalah 104 mmHg-40 mmHg=64 mmHg, jauh lebih banyak O2 yang berdifusi kedalam kapiler paru daripada dalam darah. Peningkatan progresif PO2 terjadi dalam darah ketika sedang mengalir melalui kapiler. Udara alveolus sebelum mencapai titik tengah kapiler terjadi 104 mmHg, tetapi sejumblah kecil vena paru yang melintasi alveoli, gula darah yang terkandung tercampur dalam darah yang teroksigenasi dalam jantung kiri sehingga PO2 dalam aorta menjadi sekitar 95 mmHg.

Difusi O2 dari Kapiler ke Cairan Interstisial
Pada kapiler jaringan, O2 bersdifusi didalam jaringan dengan suatu proses yang pada dasarnya sama dengan yang terjadi dalam paru-paru. PO2 dalam cairan interstisial tepat didalam suatu kapiler berubah sekitar 40 mmHg, sedangkan dalam arteri 95 mmHg dan pada ujung kapiler 5 mmHg. Hal ini menyebabkan difusi O2 saat darah mengalir telah berdifusi dalam jaringan dan PO2 kapiler dalam mendekati tekanan O2 didalam cairan jaringan yaitu sebesar 40 mmHg. Akibatnya, darah vena yang meninggalkan kapiler jaringan mengandung O2  dengan tekanan yang sama dengan tekanan diluar kapiler jaringan yaitu 40 mmHg.
Difusi O2 dari Cairan Interstisial ke dalam Sel
Oleh karena O2 selalu digunakan oleh sel, maka PO2 intrasel tetap lebih rendah daripada PO2 cairan interstisial. O2 bersifusi melalui membran sel dengan sangat cepat. Jarak yang cukup besar antara kapiler dan sel PO2 intersel normalnya 5-60 mmHg. Diperlukan tekanan oksigen 1-3 mmHg untuk menyokong proses metabolik sel.
1.      Pengangkutan O2 ke jaringan
sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardiokvaskular.O2 yang masuk kejaringan tergantung pada  jumblah O2 yang masuk kedalam paru-paru , pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah kejaringan, dan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Aliran darah tergantung pada derajat konsentrasi (vascularbed) dalam jaringan dan curah jantung (cardiach output) jumblah O2 dalam darah ditentukan oleh jumblah O2  yang larut, homoglobin, dan affinitas (ikatan kimia hemoglobin).
Transport oksigen melalui beberapa tahap berikut ini :
a.      Tahap 1
O2  atmosfir dapat masuk kedalam paru-paru dan pada waktu kita menarik napas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir 159 mmHg. Dalam alveolus komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer . tekanan parsial O2 dalam alveoli sebesar 105 mmHg.
b.      Tahap 2
Darah mengalir dari paru-paru menuju kejantung untuk mengambil O2 yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat O2 yang mempunyai tekanan parsial 40 mmHg.         Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu,  apabila tiba pada pembluh karpiler yang berhubungan dengan membran alveoli, maka O2  yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler setelah terjadi proses difusi tekanan parsial O2 dalam pembuluh darah menjadi 100 mmHg.
c.       Tahap 3
O2 yang berada dalam pembuluh darah diedar  keseluru tubuh.ada dua mekanisme perdaran O2 dalam darah yaitu O2 yanglarut dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil O2 terkait pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan O2 tergantungan pada tekanan parsial CO2 atau PH  dan jumblah O2 yang terangkut kejaringan serta tergantung  pada jumblah homoglobin dalam darah.
d.      Tahap 4
Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan O2, darah dibawa melalui cairan interstisial terlebih dahulu. Tekanan parsial O2 dalam cairan interstisial adalah 20 mmHg. Perbedaan tekanan parsial O2 dalam pembuluh darah arteri (10 mmHg )dengan tekanan parsial O2 dalam cairan interstisial (20 mmHg) menyebkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler kedalam cairan interstisial.
e.      Tahap 5
Tekanan parsial O2 dalam sel berkisar antara 0-20 mmHg. O2 dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Saat berada dalam sel, O2 ini digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein)menghasilkan H2O, CO2, dan energi. Penggunaan oksigen oleh sel dan tranport CO2 keuar dari sel lalu masuk ke pembuluh vena.

2.      Reaksi Homoglobin dan Oksigen
Dinamika reaksi homoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Homoglobin adalah protein yang terikat pada rantai makanan polipeptida yang dibentuk oleh profirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible (kembali pada keadaan semula) dengan satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro (mengandung  zat besi) sehingga reaksinya adalah oksigenasi (proses penambahan O2 ) bukan oksidasi (reaksi O2)

3.      Transpor CO2
Kelarutan CO2 dalam darah ± 20kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 daripada O2 dalam kelarutan sederhana, CO2 berdfusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO3 sebab adanya anhidrasi (berkurangnya reaksi keringat) karbonat yang berdifusi kedalam plasma. Penurunan kejenuhan homoglobin terhadap O2 pada darah melalui kapiler-kapiler jaringan memperbaiki kapasitas dapar sebab deoxigeneted hemoglobin mengikat lebih banyak H+ lebih daripada oxyhemoglobin. Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah bereaksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa karbamino hemoglobin (kombinasi CO2 dengan hemoglobin)
Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2  oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2. Di antara 49 ml CO2 dalam darah arterial, 2,6 ml adalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO3. Dalam jaringan 3,7 ml CO2 + 0,4 ml berada dalam larutan, 0,8 ml membentuk senyawa karbamino dan 2,5 ml membentuk HCO3, pH darah turun dari 7,4 menjadi 7,36. Dalam paru-paru proses dibalik 3,7 ml CO2 dilepaskan ke dalam alveoli. Dalam bentuk ini, 200 ml CO2 per menit dihasilkan pada waktu istirahat dan jumlah inti lebih banyak daripada waktu bekerja, kemudian ditranspor dari jaringan ke paru-paru dan diekskresikan.


Pengaturan Pernapasan
1.      Kontrol saraf pada waktu bernapas
Pernapasan spontan  ditimbulkan oleh rangsangan ritmis neuron motoris yang mempersarafi otot pernapasan otak. Rangsangan ini secara keseluruhan tergantung pada impuls-impuls saraf. Pernapasan berhenti bola medula spinalis dipotong melintang di atas nervus prenikus . Terdapat dua mekanisme saraf yang terpisah dalam mengatur pernapasan yaitu bertanggung jawab untuk volunter yang terdapat pada korteks serebri melalui impuls neuron motoris melalui traktus kortikospionalis dan yang lain untuk kontrol otomatis terletak dalam pons varoli dan medula oblongata, neuron motoris pernapasan dan ini terletak pada bagian lateral dan ventral medula spinalis
2.      Pusat-pusat medula oblongata
Rangsangan ritmis pada medula oblongata menimbulkan pernapasan otomatis. Daerah medula oblongata berhubungan dengan pernapasan secara klasik, di mana pusat pernapasan yang dekat dengan nukleus traktus solitarius adalah sumber irama yang mengendalikan neuron motoris prenikus kontralateral. Neuron ini memproyeksikan diri dan mengendalikan diri golongan ventral
3.      Pengaruh pons dan vagus
Ransangan ritmis neuron pusat pernapasan adalah spontan, tetapi diubah oleh pusat-pusat pons dan aferens nervus dari reseptor-reseptor dalam paru-paru. Bila batang otak ditranseksi (dipotong) pada bagian inferior pons dan nervus vagus dibiarkan utuh, pernapasan reguler akan terus berlangsung. Peranan fisiologis daerah pernapasan dan pons tidak pasti, tetapi yang jelas membuat rangsang ritmis dari neuron medula oblongata
4.      Pengaturan irama
Mekanisme yang pasti bertanggung jawab untuk ransangan spontan dari neuron-neuron medula oblongata dan tidak pasti neuron-neuron pernapasan golongan ventral dikendalikan oleh neuron-neuron pernapasan golongan dorsal, jadi irama pernapasan tidak berasal dari golongan ventral. Peningkatan dalamnya penapasan disebabkan oleh paru-paru yang direnggangkan lebih besar sebelum aktivitas penghambatan dari vagus sehingga cukup untuk melawan rangsangan neuron inspirasi yang lebih hebat. Kecepatan pernapasan meningkat sebab setelah rangsangan pada vagus dan aferens, pneumotoksik dengan cepat dilawan


Cara Kerja Pernapasan
Jika kita bernapas denga kuat maka paru-paru akan mengembang dengan kapasitas maksimum. Permukaan aktivitas dada mengeluarkan tekanan yang berbeda, karena kekuatan yang lebih dari kekuatan elastis akan membesar dan menyebabkan volume akan meninggi. Alat untuk mengukur muatan pernapasan sangat penting yaitu untuk persediaan pengeluaran dan persediaan pemasukan.
1.      Pernapasan luar : Pernafasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. Kecenderungan kekuatan tekanan molekul gas meningkat sampai pada ketidakseimbangan menjadi tidak stabil. Waktu ketidakseimbangan molekul gas dalam ruang difusi luar tidak sampai ke seluruh molekul gas. Sebaliknya tekanan sementara akan mengganggu keseimbangan kekuatan tekanan meningkat akan bertambah besar pada penghancuran molekul. Tekanan ini akan berkurang akibat pergerakan molekul gas.
2.      Pernapasan dalam : Pernfasan dalam adalah pernafasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan  sel-sel tubuh. Normal cairan yang intertisial dari PO2adalah 40 mmHg, sedangkan dari PCO2 45 mmHg. Sebagai hasil O2 disebarkan keluar pembuluh kapiler dan CO2 diterima oleh pembuluh kapiler sampai tekanan bagian kapiler sama dengan bagian membran. Darah vena keluar dari kapiler lalu akan ditransfor ke sirkulasi paru-paru dimana pernapasan luar akan memindahkan kelebihan CO2 dari kapiler bersama O2. O2 dan CO2 dapat larut dalam plasma darah ini yang merupakan fungsi utama untuk membran sel.
Dibutuhkan banyak O2 dan menghasilkan CO2 dari plasma yang diserap dan diedarkan. Kelebihan O2 dan CO2 diedarkan dalam sel-sel darah merah dimana molekul-molekul gas tersusun untuk dapat diedarkan keseluruh tubuh. Masalah yang terpenting untuk reaksi adalah keteraturan dan dapat kembali sempurna. Keteraturan plasma O2 dan CO2 berkonsentrasi tinggi. Molekul-molekul berpindah ke sel darah merah ketika konsentrasi plasma rendah sel darah merah melepaskan persediaan cadangannya.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara ( inspirasi) dan pengeluaran udara ( ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antar tulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat. Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil. Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadi meningkat, sedangkan tekanan udara di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong keluar.
2. Pernafasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.

Berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai berikut.



Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- ) Persamaan reaksinya sebagai berikut.



CO2 yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah. Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan penyangga. Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah.

Pengaruh Kenaikan Curah Jantung pada Sirkulasi Paru-paru
Selama bekerja berat, aliran darah melalui paru-paru meningkat sampai empat kali lipat.  Aliran ekstra ini ditampung melalui 2 cara:
1)      Dengan meningkatkan semua kapiler yang terbuka sampai tiga kali.
2)      Dengan merengangkan semua kapiler yang akan meningkatkan kecepatan aliran pada setiap kapiler lebih dari dua kali lipat.
Kemampuan paru untuk menampung kenaikan aliran darah yang besar ini akan menghemat energi jantung sisi kanan dan mencengah kenaikan yang berarti. Tekanan kapiler paru mencengah terjadinya edeme paru selama kenaikan curah jantung.
Dinamika Kapiler Paru-paru. Dinding alveolus dibatasi oleh begitu banyak kapiler. Pada banyak keempat, kapiler-kapiler ini hampir saling bersentuhan satu sama lain. Darah kapiler mengalir pada dinding seperti  lembaran. Tekanan rata-rata kapiler paru sekitar 2 mmHg dan tekanan arteri paru 15 mmHg sehingga tekanan kapiler paru rata-rata harus terletak diantara kedua nilai tersebut. Lamanya darah beredar di kapiler adalah 0,8 detik, peningkatan curah jantung akan memperpendek waktu sampai 0,3 detik. Pendekatan ini akan membuka kapiler tambahan dan pada keadaan normal, biasanya dalam keadaan tertutup akan menampung kenaikan aliran darah sehingga darah yang mengalir melalui kapiler menjadi teroksigenasi dan melepaskan kelebihan CO2.

Pertukaran Cairan Kapiler Paru-paru
Dinamika pertukaran cairan melalui kapiler paru secara kwalitatif sama dengan dinamnika cairan pada jaringan perifer. Namun, secara kwantitatif  terdapat perbedaan pada hal-hal berikut ini:
1)      Tekanan kapiler paru rendah kurang dari 7 mmHg, jika dibandingkan dengan tekanan kapiler fungsional pada jaringan perifer 17 mmHg.
2)      Tekanan cairan interstisial dalam paru sedikit lebih negatif daripada cairan interstisial di jaringan subkutan perifer.
3)      Kapiler paru lebih mudah dilalui oleh molekul protein sehingga tekanan osmotik koloid pada cairan interstisial paru kira-kira 4 mmHg, yaitu kurang dari ½ tekanan osmotik koloid di jaringan perifer.
4)      Dinding alveolus sangat tipis dan epitel alfeolus yang menutupi permukaan alveoula sangat lemah sehingga sel-sel setiap tekanan positif dalam ruang interstisial yang lebih besar dari tekanan atmosfir (lebih dari 0 mmHg) menyebabkan cairan melimpah dari ruang interstisial ke dalam alveolus

Transfor O2 ke dalam jaringan
Alveolus paru di dekat suatu kapiler paru memperlihatkan difusi molekul O2 diantara udara alveolus dan daerah paru. Meskipun demikian, PO2 darah vena yang sedang memasuki kapiler hanya 40 mmHg. Sejumlah O2 telah dikeluarkan dari darah ketika mengalir banyak  O2 berdifusi ke dalam kalpiler paru daripada dalam darah. Peningkatan progresif PO2 dalam darah terjadi ketika sedang  mengalir melalui kapiler. Udara alveolus sebelum mencapai titik tengah kapiler menjadi 104 mmHg, tetapi sejumlah kecil vena paru melintasi alveoli. Gula darah ini tercanpur dengan darah yang teroksigenasi dalam jantung kiri sehingga PO2 dalam aorta menjadi sekitar 95 mmHg.

Difusi oksigen dari kapiler ke cairan interstisial
Pada kapiler jaringan, O2 berdifusi di dalam jaringan denga suatu proses yang sama dengan terjadi dalam paru-paru. PO2 dalam cairan interstial tepat di luar suatu kapiler  berubah sekitar 40 mmHg, sedangkan dalam arteri 95 mmHg. Pada ujung kapiler bernilai 55 mmHg yang menyebabkan difusi O2, saat darah mengalir telah berdifusi dalam jaringan dan PO2 kapiler telah mendekati tekanan O2 di dalam cairan jaringan sebesar 40 mmHg. Akibatnya, darah vena yang neninggalkan kapiler jaringan mengandung O2 dengan tekanan sama dengan

Difusi oksigen dari cairan interstisial ke dalam sel
Karena O2 selalu digunakan oleh sel, maka PO2 intrasel tetap lebih rendah daripada PO2 cairan interstisial. oksigen berdifusi melalui membran sel dengan sangat cepat. Jarak yang cukup besar antara kapiler dan sel PO2 intersel normal bernilai 5-60 mmHg, diperlukan PO2 1-3 mmHg untuk menyokong proses metabolik sel.

Transpor CO2 ke dalam Paru-paru
CO2 terus di bentuk dalam  jumlah besar di dalam sel, PO2 intersel cenderung meningkat. Difusi CO2 20 kali lebih mudah daripada difusi O2 sehingga ia berdifusi dari sel dengan sangat cepat ke dalam cairan interstisialdan masuk ke dalam darah kapiler. Darah arteri yang sedang memasuki kapiler jaringan mengandung CO2 dengan tekanan 40 mmHg. Ketika darah mengalir melalui kapiler,PCO2 darah tersebut meningkat mendekati PCO2 cairan interstisial yaitu sebesar 45 mmHg karena koefisien difusi CO2 sangat besar. PCO2 darah yang meninggalkan kapiler dan  masuk ke vena kira-kira 45 mmHg  untuk mencapai keseimbangan sempurna dengan PCO2 cairan interstisial.

Pengeluaran CO2  dari Darah ke Paru
Ketika tiba di paru-paru, PCO2 darah vena kira-kira 45 mmHg, sedangkan PCO2 alveolus 40 mmHg. Perbedaan tekanan awal untuk difusi  hanya 5 mmHg jauh lebih kecil daripada difusi O2 yang melintasi membran itu.namun demikian, koefisien difusi CO2 di dalam darah cepet dipindahkan ke dalam alveolus sehingga PCO2 darah kapiler paru hampir sama dengan PCO2 alveolus dari perjalanan darah melalui kapiler paru.
                                                                                                                                                                           
Tabel Kecepatan Pertukaran Gas Melintasi Membran Alveolus
Faktor
Pengaruh kecepatan
Komentar
Gradien tekanan parsial O2 dan CO2.



Luas permukaan membran alveolus.













Ketebalan sawar  memisahakan udara dan darah melintasi membran alveolus.





Koefisien difusi ( daya larut gas dalam membran ).
kecepatan pertukaran meningkat jika gradien tekanan parsial meningkat.


kecepatan pertukaran meningkat jika luas permukaan meningkat.












Kecepatan pertukaran menurun jika ketebalan meningkat.






Kecepatan pertukaran meningkat jika koefisien difusi meningakat.
penentu utama kecepatan pertukaran.



Luas permukaan bersifat tetap pada keadaan istirahat.
Luas permukaan meningkat selama olahraga, karena semakin banyak jumlah kapiler paru yang terbuka, maka curah jantung akan meningkat dan alveolus lebih banyak yang  mengembang karena bernapas menjadi lebih dalam.
Luas permukaan menurun pada keadaan patologis, misalnya pada empisema dan atelektasis.


Dalam keadaan normal, ketebalan tidak berubah, ketebalan meningkat pada keadaan patologis, misalnya edema paru, fibrosa paru, dan pneumonia.


Koefisien difusi untuk CO2 lebih besar 20 kali dibandingkan dengan O2, mengimbangi gradien tekanan parsial CO2 yang lebih kecil, dengan demikian O2 dan CO2 yang dipindahkan menembus membran nilainya setara.



Mekanisme pernapasan
Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradian tekanan. Untuk mengalir masuk dan keluar paru-paru selama proses bernapas berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot pernapasan.
            Terdapat tiga tekanan yang berbeda pada ventilasi :
1)      Tekanan atmosfer ( barometik ): adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahaan ketinggian di atas permukaan laut karena kolom udara di atas permukaan bumi menurun. Dapat terjadi fluktuasi minor tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi cuaca ( yaitu saat tekanan barometik meningkat atau menurun ).
2)      Tekanana intraalveolus ( tekanan intrapulmonalis ): adalah tekanan di dalam alveolus karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan. Udara dengan cepat mengalir mengikuti penurunan gradien, setiap kali terjadiperbedaan tekanan antara tekanan intraalveolus dan tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai tekanan keduanya seimbang.
3)      Tekanan intrapleura ( tekanan intratoraks ):tekanan yang terjadi di luar paru-paru di dalam rongga toraks. tekanan ini biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, yaitu rata-rata 756 mmHg saat istirahat. Sepeti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan tekanan atmosfer sebagai titik rujukan 756 mmHg ( yaitu tekanan sistolik 120 mmHg adalah 120 mmHg lebih besar daripada atmosfer 760 mmHg atau dalam realitas 880 mmHg ). 
Kadang-kadang disebut sebagai tekanan -4 mmHg walaupun tidak ada yang disebut sebagai tekanan negative absolute. Tekanan intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau intraalveolus , karena tidak terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dan atmosfer (paru ). Kantong pleura adalah kantong tertutup tanpa lubang, udara tidak dapat masuk atau keluar walaupun terdapat gradien konsentrasi antara kantung itu dengan sekitarnya.

Tabel Aksi Otot Pernapasan
Otot
Hasil kontraksi otot
Waktu stimulasi berkontraksi
Otot-otot inspirasi diafragma.


Otot antar iga eksternal.





Otot-otot leher skalenus, sternokleido mastoideus.


Otot-otot ekspirasi.
Otot abdomen.







Otot-otot antar iga internal.
bergerak turun meningkatkan dimensicvetikal torak.

Mengangkat iga ke arah depan dan kearah luar, memperbesar rongga toraks  dalam dimensi depan ke belakang dan sisi-sisi.

Mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian atas rongga dada.

Meningkatkan tekanan intraabdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma untuk mengurangi dimensi vertikal rongga toraks.

Mendatarkan torak dengan menarik iga-iga ke bawah dan daam menurunkan ukuran depan  belakang dan samping rongga toraks.
Setiap inspirasi otot primer inspirasi.

Setiap inspirasi berperan komplementer ( peningkatan ) sekunder terhadap aksi primer diafragma.


Hanya pada saat inspirasi paksa, otot inspirsi tambahan.


Hanya pada saat ekspirasi akut atau paksa.





Hanya sewaktu ekspirasi akut atau paksa.




















Daftar Pustaka
1.       Syaifuddin, 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarat: Salamba Medika
2.       www.google.co.id diakses 06 November 2010 pukul 17.00 WIB
3.      Catherine Parker Anthony and Gary A. Thibodeau, Textbook of Anatomy & Physiology . St Louis: Mosby, 1983.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar